Reputasi sepakbola kembali diguncang oleh skandal terbaru yang diungkapkan Europol.
Fans, jurnalis, pemain, dan pelatih di seantero dunia sering menyebut sepakbola sebagai "permainan indah" ketika memperbincangkan olahraga yang amat mereka cintai itu.
Akan tetapi, seiring waktu sepakbola dihadapkan pada kesulitan yang semakin dan semakin tinggi untuk membuktikan reputasi baik tersebut setelah diguncang skandal terbaru pada Senin lalu.
Kesatuan Polisi Eropa (Europol) pada konferensi pers di The Hague mengungkapkan bahwa investigasi mayor melibatkan tim polisi dari 13 negara Eropa telah menemukan adanya jaringan kriminal ekstensif yang terlibat dalam pengaturan pertandingan. Setotal 425 ofisial laga, ofisial klub, pemain dan kriminal kelas kakap dari 15 negara diduga terlibat dalam upaya mengatur lebih dari 380 partai sepakbola profesional.
Yang mengkhawatirkan, di antara laga-laga yang dicurigai dalam kasus ini adalah kualifikasi Piala Dunia dan Piala Eropa, laga-laga Liga Champions, dan beberapa partai divisi teratas di seluruh penjuru Eropa, yang sekaligus mempertegas signifikansi problem ini. Pengaturan skor terjadi di mana-mana, demikian klaim para investigator, dari liga-liga kelas rendah hingga ke partai paling top.
Sindikat perjudian besar yang diyakini berada di balik skandal ini terutama beroperasi di pasar Asia, tapi cabangnya tersebar di seantero Eropa dan ditemukan link dengan organisasi kejahatan Rusia dan negara Eropa lain.
Investigator asal Hongaria, Bajan Nemeth, menjelaskan bagaimana kepala sindikat yang berbasis di Singapura mempunyai beberapa orang di bawahnya yang ditugaskan mengatur penyuapan ofisial laga, ofisial klub, dan pemain.
"Anggota sindikat Hungaria, yang merupakan salah satu dari lima orang yang berada tepat di bawah sang pimpinan, menjalin kontak langsung dengan wasit yang dapat berupaya memengaruhi hasil laga-laga yang mereka pimpin di seluruh belahan dunia. Komplotan mereka kemudian menempatkan taruhan online atau lewat telepon dengan para bookmakerdi Asia," tutur Nemeth.
Lebih dari €2 juta dalam pembayaran korup diklaim telah dilakukan oleh mereka yang terlibat mencurangi 380 laga tersebut, dengan pembayaran terbesar yang diserahkan kepada satu individu mencapai €140 ribu.
Investasi yang amat mahal? Tidak juga. Keuntungan yang didapat dari pengaturan skor dapat menyentuh €700 ribu, jumlah yang diduga telah diraup oleh sindikat perjudian pada sebuah laga di Austria pada 2009.
Skandal | Wasit-wasit Jerman mempertanyakan integritas Robert Hoyzer pada 2005
Skema populer lain, dan sedikit lebih canggih, adalah ketika sindikat kejahatan menggunakan perusahaan-perusahaan sah guna mengatur partai-partai ujicoba internasional untuk asosiasi sepakbola nasional yang kerap terikat uang, menawarkan sebuah fee demi mendapatkan hak untuk mengorganisir laga-laga ujicoba. Dengan banyaknya ujicoba internasional digelar tanpa persetujuan FIFA, perusahaan tersebut berkuasa dalam memilih wasit, membuka peluang sendiri buat mereka untuk menunjuk ofisial yang korup.
"Setiap anggota asosiasi bertanggung hawab untuk mengatur dan mengawasi sepakbola di negaranya," kata juru bicara FIFA, Wolfgang Resch, kepada ESPN tahun lalu. "Kontrol soal wasit dan ofisial termasuk di dalamnya."
Dogma bahwa "apa pun bisa terjadi dalam sepakbola" mendadak punya makna yang sama sekali berbeda. Salah satu olahraga yang paling sulit diprediksi di dunia? Tidak bagi orang-orang yang memimpin organisasi kriminal tertentu.
Keuntungan yang didapat dari pengaturan skor dapat menyentuh €700 ribu, jumlah yang diduga telah diraup oleh sindikat perjudian pada sebuah laga di Austria pada 2009
Penyeledikan Europol menelusuri dari serangkaian kontroversi pengaturan skor sejak skandal Bundesliga 2005, dengan negara-negara seperti Turki, Yunani, Zimbabwe, Afrika Selatan, dan Korea Selatan pun telah diguncang oleh skandal serupa. Skandal calciopoli2006, kendati tak berhubungan dengan sindikat perjudian, yang membuat Juventus terelegasi, dan klub-klub seperti AC Milan, Lazio, dan belakangan Inter, mengimplikasikan adanya pengaruh penunjukan wasit. Kontroversi perjudian lain meledak di Italia pada 2011, sedangkan Javier Tebas, wakil presiden La Liga, pada Januari kemarin menyatakan sejumlah laga di Spanyol telah diatur dalam beberapa tahun terakhir.
Tapi, dapatkah pengaturan skor dihentikan? Investigasi Europol tentu mengindikasikan bahwa ini adalah pertempuran yang dapat dimenangkan dengan senjata yang tepat.
Kendati demikian, direktur Europol, Rob Wainwright, mencemaskan bahwa temuan terkini hanyalah "puncak dari gunung es", sebuah indikasi bahwa pertempuran panjang dan berat mungkin harus dilalui.
Untuk sekarang, reputasi sepakbola telah mendapatkan pukulan serius, dan FIFA, UEFA, serta setiap asosiasi sepakbola lainnya, patut mencermati peringatan yang ditemukan dalam kasus Europol.
Fans, jurnalis, pemain, dan pelatih di seantero dunia sering menyebut sepakbola sebagai "permainan indah" ketika memperbincangkan olahraga yang amat mereka cintai itu.
Akan tetapi, seiring waktu sepakbola dihadapkan pada kesulitan yang semakin dan semakin tinggi untuk membuktikan reputasi baik tersebut setelah diguncang skandal terbaru pada Senin lalu.
Kesatuan Polisi Eropa (Europol) pada konferensi pers di The Hague mengungkapkan bahwa investigasi mayor melibatkan tim polisi dari 13 negara Eropa telah menemukan adanya jaringan kriminal ekstensif yang terlibat dalam pengaturan pertandingan. Setotal 425 ofisial laga, ofisial klub, pemain dan kriminal kelas kakap dari 15 negara diduga terlibat dalam upaya mengatur lebih dari 380 partai sepakbola profesional.
Yang mengkhawatirkan, di antara laga-laga yang dicurigai dalam kasus ini adalah kualifikasi Piala Dunia dan Piala Eropa, laga-laga Liga Champions, dan beberapa partai divisi teratas di seluruh penjuru Eropa, yang sekaligus mempertegas signifikansi problem ini. Pengaturan skor terjadi di mana-mana, demikian klaim para investigator, dari liga-liga kelas rendah hingga ke partai paling top.
Sindikat perjudian besar yang diyakini berada di balik skandal ini terutama beroperasi di pasar Asia, tapi cabangnya tersebar di seantero Eropa dan ditemukan link dengan organisasi kejahatan Rusia dan negara Eropa lain.
Investigator asal Hongaria, Bajan Nemeth, menjelaskan bagaimana kepala sindikat yang berbasis di Singapura mempunyai beberapa orang di bawahnya yang ditugaskan mengatur penyuapan ofisial laga, ofisial klub, dan pemain.
"Anggota sindikat Hungaria, yang merupakan salah satu dari lima orang yang berada tepat di bawah sang pimpinan, menjalin kontak langsung dengan wasit yang dapat berupaya memengaruhi hasil laga-laga yang mereka pimpin di seluruh belahan dunia. Komplotan mereka kemudian menempatkan taruhan online atau lewat telepon dengan para bookmakerdi Asia," tutur Nemeth.
Lebih dari €2 juta dalam pembayaran korup diklaim telah dilakukan oleh mereka yang terlibat mencurangi 380 laga tersebut, dengan pembayaran terbesar yang diserahkan kepada satu individu mencapai €140 ribu.
Investasi yang amat mahal? Tidak juga. Keuntungan yang didapat dari pengaturan skor dapat menyentuh €700 ribu, jumlah yang diduga telah diraup oleh sindikat perjudian pada sebuah laga di Austria pada 2009.
Skema populer lain, dan sedikit lebih canggih, adalah ketika sindikat kejahatan menggunakan perusahaan-perusahaan sah guna mengatur partai-partai ujicoba internasional untuk asosiasi sepakbola nasional yang kerap terikat uang, menawarkan sebuah fee demi mendapatkan hak untuk mengorganisir laga-laga ujicoba. Dengan banyaknya ujicoba internasional digelar tanpa persetujuan FIFA, perusahaan tersebut berkuasa dalam memilih wasit, membuka peluang sendiri buat mereka untuk menunjuk ofisial yang korup.
"Setiap anggota asosiasi bertanggung hawab untuk mengatur dan mengawasi sepakbola di negaranya," kata juru bicara FIFA, Wolfgang Resch, kepada ESPN tahun lalu. "Kontrol soal wasit dan ofisial termasuk di dalamnya."
Dogma bahwa "apa pun bisa terjadi dalam sepakbola" mendadak punya makna yang sama sekali berbeda. Salah satu olahraga yang paling sulit diprediksi di dunia? Tidak bagi orang-orang yang memimpin organisasi kriminal tertentu.
Keuntungan yang didapat dari pengaturan skor dapat menyentuh €700 ribu, jumlah yang diduga telah diraup oleh sindikat perjudian pada sebuah laga di Austria pada 2009
Penyeledikan Europol menelusuri dari serangkaian kontroversi pengaturan skor sejak skandal Bundesliga 2005, dengan negara-negara seperti Turki, Yunani, Zimbabwe, Afrika Selatan, dan Korea Selatan pun telah diguncang oleh skandal serupa. Skandal calciopoli2006, kendati tak berhubungan dengan sindikat perjudian, yang membuat Juventus terelegasi, dan klub-klub seperti AC Milan, Lazio, dan belakangan Inter, mengimplikasikan adanya pengaruh penunjukan wasit. Kontroversi perjudian lain meledak di Italia pada 2011, sedangkan Javier Tebas, wakil presiden La Liga, pada Januari kemarin menyatakan sejumlah laga di Spanyol telah diatur dalam beberapa tahun terakhir.
Tapi, dapatkah pengaturan skor dihentikan? Investigasi Europol tentu mengindikasikan bahwa ini adalah pertempuran yang dapat dimenangkan dengan senjata yang tepat.
Kendati demikian, direktur Europol, Rob Wainwright, mencemaskan bahwa temuan terkini hanyalah "puncak dari gunung es", sebuah indikasi bahwa pertempuran panjang dan berat mungkin harus dilalui.
Untuk sekarang, reputasi sepakbola telah mendapatkan pukulan serius, dan FIFA, UEFA, serta setiap asosiasi sepakbola lainnya, patut mencermati peringatan yang ditemukan dalam kasus Europol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar