Rabu, 17 April 2013

Maldini: Sepakbola Italia Perlu Perubahan dan Investasi Lebih Besar

Tidak ada klub Italia di babak empat besar Liga Champions musim ini. Menurut pemain legendaris Paolo Maldini, perlu ada perubahan radikal dan investasi lebih besar lagi di Serie A.

Ketika Juventus kalah agregat 0-4 dari Bayern Munich di babak perempatfinal minggu lalu, maka selama tiga musim berturut-turut tidak ada wakil Italia yang berhasil menembus semifinal di Liga Champions.

Kondisi ini menurut Maldini harus dipikirkan para pelaku kompetisi di negaranya itu, supaya ke depan klub-klub Italia bisa lebih kompetitif di kancah Eropa.

"Untuk bersaing dengan tim-tim besar di Eropa, kita harus menanam modal. Tak ada cara lain untuk bisa mencapai level itu," tutur Maldini dalam wawancaranya dengan Reuters.

"Anda lihat waktu Juventus lawan Bayern. Juventus tim besar terutama di Italia. Tapi ketika Anda bersaing dengan tim seperti Bayern, Anda bisa melihat perbedaaan-perbedaaannya. Mereka butuh sedikitnya dua atau tiga pemain hebat yang lebih banyak."

Maldini, yang menghabiskan 25 tahun kariernya hanya di AC Milan, memiliki lima medali trofi Piala/Liga Champions. Ia pun bernostalgia tentang masa-masa ketika Serie A masih menjadi liga teratas di Eropa.

"Di era 1990-an kami punya tim-tim besar: Milan, Inter, Juve, Parma, Lazio, Roma, Fiorentina. Kalau Anda lihat pemain-pemainnya, mereka hebat. Tapi ada investasi yang gila, dan beberapa tim bangkrut, seperti Parma dan Lazio.

"Lalu ada keluarga Berlusconi dan Moratti yang menggelontorkan banyak uang, dan masih bisa bertahan. Ini memang berat."

Maldini, yang kini sangat sering menghabiskan waktunya di Amerika Serikat, karena punya apartemen mewah di kawasan Pantai Miami, berharap klub-klub Italia belajar banyak tentang bisnis olahraga dari negeri Paman Sam tersebut.

"Kami harus belajar dari mentalitas itu. Di Italia, hukum masih belum berjalan dengan semestinya. Jika Anda pergi ke luar (stadion) San Siro, Anda bisa melihat orang-orang menjual merchandise yang palsu. Dari aku mulai main sampai sekarang, ya masih begitu. Kita tak bisa membiarkan hal itu.

"Stadion-stadion di Italia juga sudah tua, sangat tua bahkan. San Siro memang stadion yang bersejarah. Bagus sih, tapi tidak menawarkan kenyamanan … Kami harus memperbarui itu.

"Di atas itu semua, kami harus belajar dari banyak liga bahwa dari olahraga harus mendapatkan banyak uang, bukannya merugi. Di sepakbola Italia, semua orang kehilangan uangnya. Ini gila," paparnya.

Ditambahkan Maldini, hal positif dari investasi yang tidak berkembang, klub-klub "terpaksa" mengoptimalkan pemain-pemain muda lokalnya. Dan hasilnya sangat baik jika melihat saat ini Italia memiliki Mattia De Sciglio, Stephan El Shaarawy, dan lain-lain.

Mengenai dirinya, Maldini hingga kini masih "menjauhi" lapangan sepakbola. Ia tidak melatih atau terlibat dalam manajemen apapun terkait sepakbola, sejak gantung sepatu di tahun 1999. Hanya saja, baru-baru ini ia bersedia menjadi "duta" turnamen International Champions Cup yang akan dihelat di AS pada Juli mendatang.

"Aku tidak bekerja di sepakbola. Pada dasarnya aku adalah bapak dua anak dan sedang mengisi waktu untuk diriku. Aku sudah bermain selama 25 tahun dan aku percaya, aku butuh ruang untuk diri sendiri. Aku sedang melakukan hal-hal yang berbeda, di bidang yang berbeda, dan menikmati hidup," simpulnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar