Di bawah riuhnya sorak-sorai suporter Torino, Juventus berhasil menundukkan lawan sekotanya itu. Namun bukan dengan cara yang mudah. Hampir selama 85 menit Juventus kesulitan untuk menembus pertahanan lawan, dan Torino terlihat bisa mencuri satu poin.
Akan tetapi, lewat tendangan kerasnya, Arturo Vidal berhasil memecah kebuntuan di menit ke-86. Gelandang Juventus lainnya, Claudio Marchisio, kemudian menambah keunggulan di menit-menit akhir.
Dengan hasil ini Torino memperpanjang rekor buruk belum pernah menang atas Juventus semenjak musim 1994/1995. Sementara itu, "Si Nyonya Tua" semakin dekat dengan gelar juara keduanya semenjak ditangani Antonio Conte. Juventus hanya membutuhkan satu poin di giornata mendatang untuk memastikan diri sebagai scudetto.
Menukar Vidal dan Pogba
Bermain dengan pemain-pemain terbaiknya dalam formasi 3-5-1-1, Conte hanya melakukan sedikit perubahan. Vidal yang biasa bermain di kanan ditempatkan di sebelah kiri, sementara Pogba menempati posisi Vidal di kanan.
Pogba sendiri pada pertandingan ini bertindak sebagai gelandang and Marchisio dinaikkan sebagai second striker. Namun, karena rapat dan dalamnya lini pertahanan Torino,ia sering kali berada sejajar dengan gelandang Juventus. Akibatnya wingback kanan Stephan Lichtsteiner, lebih sering menyisir garis lapangan alih-alih bergerak memotong ke dalam.
Salah satu keuntungan penempatan Vidal di kiri adalah untuk meredam pergerakan Alessio Cerci, sayap kanan Torino. Pemain yang tampil ciamik dengan timnas Italia saat melawan Brasil ini memang jadi tumpuan Torino dalam menyerang. Bahkan dengan 7 assist-nya di musim ini, Cerci pun jadi pemain Torino yang paling sering menciptakan peluang untuk rekan setimnya.
Sebagai pemain sayap, Cerci acap kali memotong ke dalam untuk memberikan umpan atau melakukan shooting langsung. Tak heran permainan Cerci sering dikatakan mirip dengan Thierry Henry.
Namun, strategi yang diterapkan oleh Conte terbukti ampuh. Dengan kehadiran Asamoah dan Vidal di kiri, Cerci tak leluasa bergerak naik. Sepanjang pertandingan pun ia hanya berhasil melakukan 17 kali passing dan hanya 8 yang sukses. (Lihat grafik di bawah ini)
Dengan terbatasnya pergerakan Cerci, Torino, yang memang mengandalkan serangan lewat sayap dalam menyerang, tampil tidak mengigit. Bahkan mereka kesulitan untuk menembus area sepertiga lapangan akhir Juventus. Terhitung hanya ada 5 passing sukses yang berhasil Torino bikin di area pertahanan Bianconeri.
Serangan yang dilakukan oleh Torino pun tidak simetris, karena praktis dilakukan hanya melalui sayap kiri. Ini tergambar jelas melalui grafik clearance yang dilakukan oleh Juventus di bawah. Terlihat bahwa defensive action lini pertahanan Juventus terkonsentrasi hanya untuk menghalau pergerakan sayap kiri Torino.
Andrea Barzagli (paling kanan dari ketiga center back) tampil baik dalam menghalau serangan Torino ini. Total 1 tekel, 4 intersepsi, dan 6 clearance yang ia lakukan, menjadikannya pemain Juventus dengan defensive action tertinggi.
Menyerang Lewat Area Berbeda
Namun, minimnya serangan diimbangi oleh Torino dengan rapatnya lini pertahanan mereka. Kedua center back, Glik dan Ogbonna, pun tampil dominan saat menghalau bola. Bahkan, keduanya berhasil menciptakan 13 clearance (Glik 6, Ogbonna 7), atau 50% dari total clearance yang dilakukan oleh Torino.
Untuk menembus kokohnya penumpukan bek dan gelandang Torino, Juventus sendiri bermain sabar dan coba melakukan penetrasi nya dari berbagai area lapangan. Hal ini terlihat, terutama, jika analisis skema passing Juventus dibagi ke dalam periode waktu per-15 menit.
Di 15 menit babak pertama, Juventus masih kesulitan untuk menembus pertahanan Torino melalui area tengah. Padahal dengan gelandang-gelandangnya yang fasih memainkan umpan terobosan, melalui area ini lah Juventus biasanya menembus kotak penalti lawan.
Karena itu pola penyerangan pun diubah jadi lewat sayap. Ini terlihat dalam grafik passing di menit 15-30 dan 30-45, yaitu pemain Juventus yang mulai melakukan umpan silang (sebagai catatan di 15 menit pertama sama sekali tidak ada crossing).
Perubahan pola ini terbukti efektif. Kedua fullback Torino mulai tertarik keluar untuk mengantisipasi crossing dari Asamoah dan Pogba. Pada periode menit 15-45 pun Juventus sukses memenetrasi kotak penalti Torino. Jika di 15 menit pertama hanya sekali saja Juventus bisa melakukan attempts di dalam kotak penalti Torino, maka di 30 menit selanjutnya Bianconeri bisa melancarkan attempts 5 kali.
Pola ini kemudian berubah di babak kedua. Sebagaimana terlihat di atas, pada menit 45 hingga ke 60 serangan dititikberatkan melalui Pogba di sisi kanan. Sementara di periode menit 60-75 melalui kombinasi Vidal dan Asamoah di kiri. Pogba akan memberikan crossing ke dalam kotak penalti sementara, Vidal menunggu di luar kotak penalti untuk melangsungkan umpan terobosan.
Namun kedua cara ini terbukti tidak efektif. Selama periode menit 45 hingga 75, Juventus hanya mendapatkan 5 kali kesempatan untuk melancarkan attempts, dan semuanya dari luar kotak penalti.
Selain karena keempat bek Torino yang bermain apik, serangan Juventus pun terganggu karena pemain Torino yang tak sungkan untuk melakukan foul. Dengan seringnya permainan terhenti karena adanya pelanggaran, ritme permainan Juventus yang mengandalkan passing-passing pendek pun acap terputus. Saat terjadi pelanggaran ini pemain Torino pun memiliki kesempatan untuk merapihkan formasi saat bertahan.
Di lima belas menit akhir pertandingan, Conte memasukkan Quagliarella untuk menggantikan Vucinic dan Martin Caceres menggantikan Liechsteiner. Kedua pemain ini memang dikenal sebagai pemain yang mampu memecah kebuntuan dengan gol-golnya saat dimasukkan sebagai substitusi. Caceres sering mengancam gawang lawan dengan sundulan, sementara Quagliarella memiliki tendangan jarak jauh yang baik.
Pola permainan Juventus pun mengalami perubahan. Beralih dari menyerang dari sayap, Juventus kemudian coba merenggangkan lapangan permainan dengan umpan-umpan panjang. Namun, aksi ini pun tidak menghasilkan attempts satu pun. Hingga menit ke-85, tampaknya pertandingan pun akan berakhir dengan hasil imbang.
Vidal yang digadang-gadang sebagai pemain terbaik Juventus musim ini kemudian memecah kebuntuan. Tendangan kerasnya dari luar penalti ke arah pojok kanan bawah gawang tidak terjangkau oleh Jean-Francois Gillet dan Juventus pun unggul atas rival sekotanya.
Faktor Pogba
Satu catatan menarik yang bisa ditarik dari pertandingan ini adalah penampilan Paul Pogba. Ditempatkan sebagai gelandang kanan, Pogba tampil apik terutama saat melakukan pressing dan merebut penguasaan bola dari tangan Torino di area sepertiga lapangan akhir. Dengan 6 tekel dan 2 intersepsinya, Pogba juga jadi pemain Juventus yang memiliki defensive action tertinggi.
Dengan Vidal yang berkarakter sama ditempatkan sebagai gelandang kiri, menarik untuk diamati apakah Conte akan menjadikan susunan pemain ini sebagai alternatif. Trio Marchisio-Pirlo-Vidal sendiri dalam dua musim kebelakang jadi inti dari kekuatan Juventus. Namun kemampuan Pogba baik dalam bertahan maupun menyerang mau tak mau akan diperhatikan oleh Conte. Apalagi keempat pemain tengah ini aktif menusuk kedalam kotak penalti dan mencetak gol.
Apakah ke depannya Conte akan menaikkan Marchisio untuk bermain sebagai attacking midfielder dalam formasi berlian? Patut ditunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar