Senin, 08 April 2013

Singapura dan Malaysia Bikin Iri


Akhir pekan lalu saya mendapat undangan yang cukup menarik untuk menonton pertandingan di kompetisi sepakbola sebuah negara asing. Bukan Liga Inggris, Spanyol, atau Italia. Saya diundang nonton pertandingan Lions XII lawan Perak di ajang kompetisi Liga Super Malaysia (LSM) yang berkesudahan 2-1 untuk kemenangan tuan rumah.



Dari segi kualitas pertandingan, laga malam hari di Stadion Jalan Besar itu tak istimewa. Taktik permainan, skill para pemain, tempo pertandingan, hingga intensitas dukungan penonton masih di bawah sajian sepak bola domestik yang biasa kita nikmati di televisi nasional. Padahal, tim yang bertanding adalah pemimpin klasemen sementara (Lions XII) lawan peringkat kesembilan -- dari 12 klub peserta LSM.

Sejujurnya, saya bahkan agak jemu menyaksikan permainan yang relatif lamban dan minimnya suguhan teknik tinggi yang diperagakan kedua tim. Satu-satunya yang membuat saya mampu bertahan adalah keinginan melihat secara langsung performa Lions XII yang diperkuat salah satu teman baik saya, Baihakki Khaizan.

Benar, Lions XII adalah penjelmaan tim nasional (timnas) Singapura U-23 yang sengaja diikutkan dalam kompetisi LSM. Hanya saja, agar bisa bersaing dengan tim-tim senior lainnya dari berbagai negara bagian Malaysia, Lions XII "disuntik" tenaga dua pemain berpengalaman: Baihakki dan Shahril Ishak.

Setelah timnas seniornya menjuarai Piala AFF 2012, saya sungguh penasaran ingin mengetahui sejauh mana kemampuan timnas U-23 Singapura yang biasa dijuluki "The Young Lions" itu. Mereka inilah salah satu batu sandungan yang bisa merintangi upaya Andik Vermansyah dan kawan-kawan meraih medali emas sepak bola SEA Games 2013 di Myanmar.

Permainan tim asuhan Sundramoorthy itu saat meladeni Perak, terus-terang tidak membuat saya terkesan. Skill para pemainnya rata-rata saja, tak ada pemain yang betul-betul menonjol kemampuannya dan bisa jadi ancaman. Bahkan saya menangkap kesan ketergantungan tim ini kepada dua pemain seniornya (Baihakki dan Shahril), sangat besar.

Peran Baihakki dalam menggalang pertahanan terlalu dominan. Bahkan bila bola terpaksa dikirim langsung ke lini depan selalu melalui kaki Baihakki. Tandemnya di jantung pertahanan, Safuwan Baharuddin, masih sangat "hijau" sehingga kurang percaya diri untuk mengirim umpan panjang.

Hampir semua serangan juga "diotaki" oleh Shahril yang mengontrol lini tengah bersama Hariss Harun dan Isa Halim. Sayang, striker Fazrul Nawaz dan Shahfiq Gani tidak tajam dan kurang improvisasi. Alhasil, kedua gol Singapura yang disambut meriah 6.700 penonton itu semuanya lahir dari kaki sang kapten, Shahril.

Satu sisi menarik yang bisa dicatat dari penampilan Lions XII adalah adanya kepercayaan diri dan kerja sama tim yang sudah lumayan baik. Meski rata-rata baru berusia 20-21 tahun, Fazrul dan kawan-kawan tak gentar meladeni lawan yang lebih senior. Saling pengertian di antara mereka juga sudah terlihat. Sayangnya memang tidak dibarengi kualitas skill individu yang baik sehingga tak bermuara jadi permainan yang tajam dan enak ditonton.

Melihat permainan timnas U-23 Singapura lawan Perak, saya optimistis timnas SEA Games kita akan mampu mengatasi mereka. Jika Andik, Okto Maniani, Diego Michiels, Ramdani Lestaluhu, Andritany, Syamsir Alam, dan lain-lain bersatu dalam satu timnas U-23, di atas kertas mereka akan lebih kuat dibanding Lions XII minus Baihakki dan Shahril. Bahkan saya juga yakin timnas U-23 kita masih lebih kuat ketimbang tim seusianya dari Malaysia, Vietnam, Filipina, maupun Thailand.

Persoalannya, lagi-lagi, soal persiapan. SEA Games XXVII tinggal delapan bulan. Namun sampai saat ini kita belum mendapat kepastian siapa bakal menjadi pelatih dan asistennya. Juga belum ada kepastian bagaimana tim ini akan disiapkan. Apakah melalui pelatnas jangka pendek atau panjang dan bagaimana pula pola pelatnasnya.

Padahal kendala klasik mepetnya persiapan selalu menghantui timnas kita setiap kali menghadapi event internasional. Kegagalan Rahmad Darmawan pada SEA Games 2011 di Jakarta juga akibat persiapan yang kurang optimal padahal materi pemain yang dia punya sangat memadai dan layak juara.

Entah itu timnas "Garuda Muda" ataupun seniornya selalu butuh waktu lama untuk membentuk kekompakan dan kerja sama tim. Ini terkait langsung dengan tidak meratanya intelegensi, perbedaan latar belakang sosial, faktor pengalaman, dan kurangnya dasar-dasar teknis yang melekat pada para pemain kita. Alhasil, setiap kali berkumpul dalam camp latihan timnas, pelatih harus selalu memulai persiapan dari hal-hal dasar. Tidak bisa langsung ke persiapan taktik dan strategi. Ini terus terjadi dan berulang-ulang dialami hampir semua timnas kita di berbagai tingkatan usia.

Untuk itulah, saya membayangkan alangkah bagusnya jika timnas U-23 kita yang disiapkan untuk SEA Games 2013 dapat disatukan sebagai tim dan ikut kompetisi resmi selama semusim penuh. Seperti Lions XII ikut LSM atau Harimau Muda B (timnas U-23 Malaysia) ikut S-League di Singapura.

Dengan berkompetisi di level tertinggi nasional, timnas U-23 akan mendapat jam terbang yang cukup untuk mematangkan mental, kerja sama tim, dan skill mereka. Lawan yang bervariasi dan lebih kuat juga akan mempercepat proses peningkatan level permainan Andik dan kawan-kawan, sehingga ambisi untuk merebut medali emas sepak bola SEA Games XXVII rasanya akan lebih mudah diwujudkan.

Ah, sayangnya ini hanya harapan kosong. Argumentasi tentang kepentingan nasional sekalipun tak mendapatkan pijakannya di sini. Sepakbola Indonesia punya pedoman dasar alias statuta yang sangat aneh dan kaku. Bayangkan, untuk urusan kompetisi, statuta PSSI begitu "serakah" mengatur sampai ke urusan jumlah peserta bahkan nama kompetisinya. Padahal itu urusan teknis yang seharusnya cukup diatur Komite Eksekutif. Dalam hal ini, yang perlu diatur statuta mestinya hanya menyangkut hak suara dalam kongres, bukan jumlah peserta kompetisi.

Apa boleh buat, keinginan untuk memberi persiapan lebih baik bagi timnas U-23 lewat pematangan di jalur kompetisi terpaksa harus berhenti sebagai gagasan. Dan kita hanya bisa iri melihat timnas U-23 Malaysia serta Singapura yang disiapkan untuk SEA Games 2015 “mencuri start” jauh lebih awal dengan mematangkan pasukannya di kompetisi terbaik yang mereka punyai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar