Boleh dikatakan Bayern Munich telah menempatkan satu kakinya di partai final. Mengalahkan Barcelona empat gol tanpa balas di kandang sendiri, tentu menjadikan tugas Jupp Heynckess lebih mudah.
Asalkan tidak kehilangan konsentrasi saat bertahan dan mengizinkan Barcelona bikin lima gol, Bayern akan lolos meski tidak membobol gawang Victor Valdes.
Untuk Barcelona, rintangan mencetak empat gol atau lebih sebenarnya bukan hal mustahil. Bagaimana tidak. Semenjak musim 2008/2009, Lionel Messi dkk telah melakukannya 59 kali di semua kompetisi yang mereka ikuti. Raihan tertinggi di antara klub Eropa lainnya.
Bahkan di musim ini saja, sembilan kali La Blaugrana memenangkan pertandingan dengan selisih gol empat atau lebih. Salah satunya adalah saat mereka mengalahkan AC Milan di perempat final leg kedua dan membalikkan keadaan setelah tertinggal 0-2 di leg pertama. Tentu para cules mengharapkan Barcelona bisa mengulang sejarah yang sama.
Namun, mencetak 5 gol di babak semi final kompetisi Eropa bukan prihal yang sederhana. Di era Liga Champion, rekor kemenangan terbesar di semi final masih di pegang oleh Bayern Munich sendiri. Ironisnya dengan mengalahkan Barcelona di partai pertama semi final minggu lalu. Selain itu, hingga saat ini, belum pernah ada tim yang berhasil lolos ke babak selanjutnya setelah tertinggal empat gol di leg pertama.
Tugas Barcelona untuk mematahkan rekor ini bertambah berat jika mengingat lawan yang akan mereka hadapi adalah Bayern Munich, salah satu klub dengan rekor pertahanan terbaik di Eropa. Sejauh ini gawang yang dijaga oleh Manuel Neuer hanya pernah dibobol 14 kali di Bundesliga dan 10 kali di Liga Champion. Atau, hanya rata-rata 0.57 gol perpertandingan!
Raihan ini pun terlihat lebih impresif lagi jika melihat rekor kebobolan tandang. Total hanya 3 kali mereka dijebol lawan saat melakoni partai away di Bundesliga, dan 5 kali kebobolan ketika tandang di kompetisi Eropa.
Selain itu, dalam semua ajang, sejauh ini hanya ada dua tim yang pernah mencetak lebih dari satu gol ke gawang Bayern, yaitu Arsenal (menang 2-0) dan BATE Borisov (menang 3-1). Sementara tim-tim Bundesliga hanya mampu melesakkan maksimal satu gol saja saat berhadapan dengan anak-anak asuhan Jupp Heynckes tersebut.
Raihan gol yang dibikin Arsenal dan Borisov itu pun bukannya tanpa catatan. Bayern bermain buruk saat bertemu dengan tim London, dan Borisov mengalahkan Bayern yang tidak diperkuat 2 gelandang dan 2 bek terbaiknya. Saat kalah dari Borisov, Schweinsteiger malah sempat bermain jadi bek kiri.
Intinya, saat Bayern berada dalam kondisi terbaiknya, atau bahkan saat bermain biasa-biasa saja, lini pertahanan mereka jadi sumber kekuatan utama. Untuk menggetarkan jala gawang Neuer sebanyak dua kali dalam satu pertandingan saja dibutuhkan tim dengan kemampuan menyerang mumpuni, apalagi untuk melakukannya lima kali.
Tapi ini bukan berarti Barcelona tak memiliki jalan sama sekali. Ada beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan Barca untuk merebut satu tiket ke final.
Attempts dari Dalam Kotak Penalti
Salah satu kekuatan bertahan Bayern adalah pada kemampuan pressing secara kolektif dan kemampuan mengintersepsi umpan-umpan lawan. Karena itu, tak heran Bayern jadi tim yang paling sedikit memberikan kesempatan bagi musuhnya untuk melakukan attempts (rata-rata lawan Bayern hanya melancarkan 8.6 attempts/game).
Selain itu, sebagaimana terlihat dari grafik di atas, dari 24 gol kebobolan Bayern, hanya dua yang berasal dari luar kotak penalti. Kedua hal ini bisa jadi indikator bagi Barcelona untuk tidak membuang-buang penguasaan bola di area sepertiga lapangan akhir dengan melakukan tendangan jarak jauh.
Karena itu peran Messi, Iniesta, Xavi, atau Fabregas jadi penting untuk memanfaatkan celah antar bek Bayern dan memberikan umpan terobosan dalam kotak penalti. Tito juga bisa saja mengistirahatkan David Villa dan memainkan formasi 4-6-0 yang fasih dilakukan Barcelona. Dengan demikian kedua center-back Bayern tidak memiliki satu pemain sebagai poin referensi khusus, sehingga pemain tengah Barcelona bisa bergantian untuk menusuk masuk ke dalam kotak penalti.
Attempts Melalui Tendangan Mendatar ke Pojok Gawang
Selain melakukan attempts dari kotak penalti, salah satu cara lainnya adalah dengan coba mengalahkan Neuer dengan bola yang diarahkan ke sudut kanan bawah atau kiri bawah gawang.
Kiper yang memiliki kemampuan aerial dan distribusi yang baik ini memang acap kali memungut bola dari gawangnya karena kebobolan dari tendangan jenis ini. Bahkan, dari 14 gol kebobolan di Bundesliga, 10 di antaranya (71%) terjadi karena attempts yang diarahkan ke pojok bawah gawang tersebut.
Pun demikian dengan catatannya di kompetisi Eropa. Dari 10 kali gawang Manuel Neuer dijebol, 50%-nya (atau 5 gol) terjadi dari tendangan mendatar ini.
Serang dari Kiri
Ada 6 pemain inti Bayern Munich yang sudah terkena satu kartu kuning dan memiliki risiko tidak bermain di final jika terkena hukuman selanjutnya di Camp Nou. Pemain-pemain ini adalah: Philipp Lahm, Javi Martinez, Bastian Schweinsteiger, Dante, Luiz Gustavo dan Mario Gomez. Hal ini dapat dimanfaatkan Barcelona dengan cara melakukan pressing, atau menambah jumlah orang, di area yang dijaga oleh pemain Bayern yang telah terkena kartu kuning tersebut. Tentu ini dilakukan dengan harapan agar pemain yang terkena kartu melonggarkan pressing-nya.
Misalnya saja triangulasi Robben – Schweinsteiger – Lahm di sektor kanan Bayern Munich. Dengan adanya dua pemain yang terkena kartu kuning, dan Robben yang aktif menyerang dan meninggalkan ruang dibelakangnya, maka bisa saja tercipta celah dari sisi lapangan ini.
Faktor inilah yang bisa digunakan oleh pemain-pemain Barcelona untuk Jika ingin melakukan satu hal percobaan ekstrim, bisa saja Lionel Messi ditempatkan di bagian ini, berkombinasi dengan Iniesta, untuk mengeksploitasi Lahm dan Schweinsteiger.
Pressing, Pressing, Pressing
Dalam wawancaranya, Jupp Heynckes mengatakan bahwa ia akan tetap memainkan pola menyerang. Pelatih berusia 67 tahun ini juga berkata bahwa ia ingin agar garis pertahanannya tetap berada sejauh mungkin dari gawang Neuer.
Tak ada cara lain untuk memanfaatkan hal ini dengan melakukan pressing, terutama dari lini depan. Ini ditunjukkan oleh Juventus saat menghadapi Bayern di leg kedua perempat final, terutama di 45 menit pertama. Dengan lini tengah dan lini depan Juventus yang kerap melakukan pressing, Schweinsteiger kehilangan ketenangannya dalam mengalirkan bola sehingga ritme Bayern terganggu. Memanfaatkan hal ini, Juventus pun mendapatkan beberapa peluang dan mendapatkan ruang yang cukup luas antara lini pertahanan Bayern dan Neuer.
Bagi Barcelona, gaya bermain ini tentu sudah dikenal baik. Di bawah Pep Guardiola mereka mendapatkan dua gelar Liga Champions dengan cara ini. Tito hanya perlu meningkatkan intensitas pressing Blaugrana yang memang berkurang di musim ini.
Lionel Messi
Walau mendapatkan hasil imbang, hanya dibutuhkan waktu 8 menit oleh Lionel Messi mencetak gol ke gawang Athletic Bilbao. Penampilannya bersama dengan Barcelona di akhir pekan sebagai pemain pengganti tersebut pun menunjukkan ia yang semakin sembuh dan mendekati permainan terbaiknya.
Meski terdengar klise dan berulang, faktor Lionel Messi memang tak bisa ditampik oleh tim manapun. Bahkan berkat penampilan pencetak 8 gol untuk Azulgrana di Liga Champions inilah, Barcelona bisa membalikkan keadaan dan menang 4-0 atas AC Milan. Kala itu, kehadirannya juga mampu meningkatan atmosfer pertandingan dan performa rekan-rekan setimnya.
Menarik untuk ditunggu apakah pemain terbaik dunia tiga kali ini kembali mampu melawan kemustahilan dan membawa rekan-rekan setimnya untuk lolos dari lubang jarum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar